1. Sebagai BioFertizer
Pertanian organik semakin berkembang dengan sejalan
dengan timbulnya kesadaran akan petingnya menjaga kelestarian lingkungan dan
kebutuhan bahan makanan yang relatif lebih sehat.dalam pertanian organik yang
tidak meggunakan bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida,
biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat
dipertimbangkan. Beberapa mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium,
Azotobacter mikoriza perombak sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat
dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada pertanian organik, biofertilizer
tersebut fungsinya antara lain membantu penyediaan
hara pada tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi tanaman membantu
dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungan rhizosfer sehingga pada
akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman.Pemanfaatan
Bakteri Rhizobium leguminosarum. sebagai biofertilizer
Klasifikasi
ilmiah Rhizobium leguminosarum
Kingdom : Monera
Kelas : Psilopsida
Ordo : Psilotales
Family : Psilotaceae
Genus : Rhizobium
Species : Rhizobium leguminosarum
Bakteri Rhizobium bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok
bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di
dalamnya. Akar tanaman tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi
bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri
dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali
atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan
senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan
demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
Pemanfaatan Rhizobium
dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:
- Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
- Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma pengganggu tanaman (OPT),
- Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
- Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.
Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti
bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak
dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga)
dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain
seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti,
tetapi belum banyak dipakai.
Beberapa bakteri sekarang telah dikembangkan menjadi biopestisida. Secara
ekologi, penggunaan biopestisida ini sangat menguntungkan jika dibandingkan
dengan penggunaan pestisida. Hal ini dikarenakan adanya efek residu pestisida
terhadap lingkungan termasuk manusia. Bakteri-bakteri tertentu dapat
menghasilkan endotoksin yang dapat meracuni serangga hama tanaman tertentu.
Sebagai contoh, di Amerika telah dikembangkan bakteri yang potensial menjadi
biopestisida pada skala komersial, antara lain adalah Bacillus popilliae dengan
merk dagang Doom or Japidemik, Bacillus thuringiensis dengan merk dagang Dipel,
Thuricide, dan Agritol. Di Canada, pada tahun 1980 penggunaan Bacillus
thuringiensis sebagai biopestisida mencapai 4%, dan meningkat menjadi 63 % pada
tahun 1990. Endotoksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis aktif
mematikan sebagian besar serangga yang termasuk dalam kelas Lepidoptera,
Diptera, dan Coleoptera.
Pemanfaatan
Bakteri Bacillus thuringiensis sebagai biopeptisida
Klasifikasi
ilmiah Bacillus thuringiensis
Kerajaan : Eubacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Famili
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus thuringiensis
B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein
yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses
sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering
disebut dengan σ- endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan protoksin
yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida
yang lebih pendek (27- 149 kd) serta mempunyai sifat insektisi-dal. Pada
umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena ada-nya aktivitas
proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin
menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah
aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Bukti-bukti
telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori
(lubang yang sangat kecil) di sel membrane di saluran pencernaan dan mengganggu
keseimbangan osmotik dari sel –sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik
terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah dan menyebabkan matinya serangga.
Pemanfaatan Bacillus
thuringiensis dalam Pertanian:
1.
Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang
kentang colorado dan larva kumbang daun.
2.
Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis
ulat tanaman pertanian.n
3.
Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan
lalat hitam.
4.
Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat
dan berbagai ulat, terutama ulat ngengat diamondback.
3. Sebagai Agen BioKontrol Pertanian Organik
Agen biokontrol ialah suatu mikroorganisme yang digunakan untuk menekan
populasi serangga hama serendah mungkin hingga dapat mencegah kerugian yang di
timbulkan tanpa mengganggu keseimbangan ekologis yang ada. Biokontrol dapat
bersifat antagonis atau bahkan sebagai parasit.
Ditemukannya penyakit layu
fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini,
jamur ini banyak menyerang tanaman kentang, pisang, tomat, ubi jalar,
strawberry dan bawang daun. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik
yang menyerang tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Salah satu
alternatif untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan pengendalian
untuk menekan populasi jamur Fusarium dengan mengembangkan
pengendalian secara hayati.
Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens Sebagai Agen Biokontrol
Pada Pertanian Organik
Klasifikasi
ilmiah Pseudomonas fluorescens
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Pseudomonadales
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: P. fluorescens
Pemanfaatan rhizobakteria di Jawa Barat dikembangkan sebagai biofungisida
khususnya antara lain: Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus
thuringiensis, Bacillus pantotkenticus , Burkholderia cepacia dan
Pseudomonas fluorescens.
Bakteri Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri gram negative yang
berbentuk batang yang menghuni tanah, tanaman dan air, bakteri ini dapat
mengeluarkan senyawa antibiotik (antifungal), siderofor, dan metabolit sekunder
lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur Fusarium oxysporum.
Senyawa siderofor, seperti pyoverdin atau pseudobacin diproduksi
pada kondisi lingkungan tumbuh yang miskin ion Fe. Senyawa ini menghelat ion Fe
sehingga tidak tersedia bagi mikroorganisme lain. Ion Fe sangat diperlukan oleh
spora F. oxysporum untuk berkecambah. Dengan tidak tersedianya ion Fe
maka infeksi F. oxysporum ke tanaman berkurang. Sementara senyawa
antibiotik yang dihasilkan antara lain : phenazine-1-carboxylate, pyoluteorin,
pyrrolnitrin, 2,4-diacetylphloroglucinol, phenazine-1-carboxyamide, pyocyanine,
hidrogen cyanide dan viscosinamide. Produk yang telah dikomersialkan dari
biofungisida antara lain: Bio-FOB, Bio-TRIBA, Mitol 20 EC dan Organo-TRIBA.
Pemanfaatan
bakteri pseudomonas fluorescens dalam produk pertanian dilakukan
melalui:
1. Pemberian
Kultur Cair
2. Pemberian
zat aktif biofungisida nabati
3.
Pencampuran agen dalam proses pengomposan
Sumber :
http://asliahalyas.blogspot.com/2013/05/peranan-beberapa-bakteri-dalam-bidang.html
0 komentar:
Posting Komentar